Waiting Him
Setiap sore, aku duduk terdiam di jendela rumahku Menunggu Nathaniel herbert, pulang dari sekolah. Dan aku turun ke bawah untuk berpura-pura menyiram tanaman di depan rumah, sambil memberikan senyuman hangat untuknya, serta berharap mendapat balasan darinya. Aku, Kate sudah menyukainya sejak aku kecil karena kami sering bersama.
Nah, itu dia! Nathan sudah datang!
Aku segera berlari kebawah dan mengambil selang berwarna hijau dan sambil berlagak menyiram bunga dan memperhatikan Nathan dan menyapanya.
“Hai, Nate? Bagaimana hari ini?” tanyaku sambil memberi senyuman pada Nathan.
“Hai! Bagus. Tapi…” kata Nathan sambil menunjuk ke arah selangku. “Itu…” katanya sambil tersenyum. Dan aku langsung menengok ke arah selangku. Ya ampun! Aku lupa menyalakannya! Dasar!
“Hahahahahaha…” aku terpaksa tertawa. Padahal aku malu sekali. Dan Nathan juga mulai tertawa. Sambil menggeleng- gelengkan kepala dan berlalu.
“Sampai nanti Kate…” katanya sambil melambaikan tangan dan masuk ke rumahnya. Aku berpikir, pasti tadi aku terlihat bodoh. Dan apa katanya tadi? Sampai nanti? Wah! Masih ada harapan dong buat ketemu dia…. Oh iya! Ini kan hari jum’at besok libur! Hahahahaha dasar bodoh! Dan besok ada kegiatan organisasi! Ok, nanti malam aku akan memainkan trik datang ke rumahnya dengan kue coklat buatanku dan membicarakan kegiatan untuk besok. Pasti akan sangat menyenagkan!
Malam tiba, aku bersiap dengan kue coklat buatanku, dan pergi ke rumahnya. Hanya sebelahan, jalan kaki juga bisa.
“Malam Mrs. Herbert… ini, aku membawakan kue coklat buatanku.” Kataku, katika sampai di rumahnya.
“Malam Kate… o… kau baik sekali. Ayo silakan masuk dulu.” Ucapnya sambil mempersilakan Kate masuk.
“Terima kasih. Ada Edward dan Nathan-nya, tante?” tanyaku.
“Ada. Mereka sedang di atas. Kalau kau mau, silakan ke atas. Akan kubawakan kue ke atas nanti.” Tawar-nya. Dan tak usah menunggu lama. Aku pun langsung menginjakan kaki di tangga dan naik. Aku mendapati Nathan a.k.a Nate sedang menelepon dari balik pintu. Tanpa permisi aku mendengarkan dia menelepon.
“Ok, jam tiga, di taman gevnie ya. bye… ” aku mendengar Nathan berbicara seperti itu di telepon. Sepertinya dengan seorang cewek. Karena mukanya merona dan tersenyum-senyum ketika menelepon tadi. Tanpa sadar aku menangis tanpa suara. Dan tak sadar Nathan sudah ada di depan pintu kamarnya.
“Hai Kate! Ada apa?” Tanya Nathan. “Kenapa menangis?” Tanyanya sambil menaruh tanganya di tembok dan mengusap air mata Kate.
“Tidak.”
“Kau bohong.”
“Tidak.”
“Iya.”
“Tidak.”
“Iya.”
“Tidak. Hahahahahahahaha… kau selalu membuatku tertawa Nate.” Kataku sambil mengusap air mataku.
“Akan selalu… Now, tell me, kenapa nangis?”
“Ok. Aku akan jujur aku tidak meminta jawabanmu. Tapi, aku suka padamu…” aku merasa lega dan bingung harus berbuat apa.
“Aku suka dan menyayangimu juga.”
“Jadi?”
“Kau bilang kau tidak meminta jawabanku.”
“Memang…”
“So, apa maksudnya ‘jadi?’”
“maksud ku… maksud ku.. maksud ku… Jadi, mana Edward?
“Oh, dia ada di kamarnya. Sedang bermain. Kau mau aku antar ke kamarnya?”
Aku mengangguk. Aku tahu ini keadaan yang aneh dan aku tahu aku mengalihkan suasana yang aneh dengan pertanyaan yang aneh maksudku dengan pertanyaan yang benar tapi tidaklah pas untuk suasana seperti ini. Dan Nathan pasti juga merasa aku ini orang Aneh.
Aku dan Nate segera berjalan menyusuri koridor gelap menuju kamar Ed. “Do you know?” aku harap ini bukan tentang perasaan.. aku harap ini bukan tentang perasaan… “Ed selalu membaca berbicara dengan bintang di dekat jendela kamarnya kalau malam.” Hah.. I’m luck… thanks God…. I can breath…
“O,ya? Aku tak pernah tahu itu.” Kataku sambil menatap wajah Nate. Dan ketika kami sampai di ambang pintu kamar Ed, kami mendengar curhatan Ed.
“Oh bintang… aku harap kau jatuh malam ini….” Harap Ed. Aku tertawa kecil yang nyaris tidak kedengaran karena mendengar Ed. Tapi, Nate serius sekali mendengarkannya.
“….bintang, aku punya dua permohonan. Pertama, tolong berikan aku miniature Dinosaurus terbaru…” aku memandang berkeliling kamar Ed. Dan benar saja semua isi kamarnya miniature Dinosaurus.
“…..dan kedua, aku mau Nate dan Kate jadian….” Tentu saja aku kaget dengan permohonannya yang terakhir. Bukan aku saja Nate pasti kaget dan kami bertukar pandangan.
“….aku sangat berharap semua itu akan terjadi… Amin…”
“Hai Ed…” sapaku.
“Nate, Kate? Kalian sudah dari tadi di situ?”
“Sebenarnya…” kata Nate.
“Bagaimana dengan permohonanku yang terakhir?”
“Tidak tahu.” Kataku dan Nate bersamaan.
“Oh…. Ayolah…. Kalian cocok. Kate, kau tahu? Saat kau sedang pergi berlibur, Nate memimpikan mu sampai mengingau…” Segera saja wajahku dan wajah Nate merona merah.
“….dan kau tahu Nate? Aku kasihan dengan Kate yang selalu mencari perhatianmu… apa kau tidak merasa?” Wajah kami kembali memerah. Tapi kami tidak berbicara apa-apa.
“Aku tidak meminta jawaban kalian sekarang. Mungkin saja besok itu akan terjawab. Atau kapanlah…” katanya sambil tersenyum kecil. Kami bermain tidak dengan bersemangat dan kehilangan mood ku yang tadi-nya senang karena bisa bertemu Nate, sekarang jadi hilang. Karena, percakapan yang melegakan hati, tapi rasanya masih menganjal di hati karena, sebenarnya, yang ku tunggu tiu, jawaban. Dan aku langsung pulang ketika jam menunjukkan jam delapan malam. Aku terus memikirkan perkataan Ed tadi. Dia sangat berharap itu. Tapi aku? Aku bingung jika aku dengan Nate… aku akan bahagia. Itu tentu. Tapi, bagaimana dengan Nate?
Besoknya, Ed datang ke rumahku dan mengajakku pergi ke taman gevnie
“Ayolah… ikut saja denganku…” ajaknya. Aku segera mandi dan pakai baju secepat mungkin. Dan langsung pergi dengan Ed.
“Lihat itu…” katanya sambil menunjuk kea- rah seorang cowok dan cewek yang ada duduk di bangku taman.
“Aku memasang alat ini di baju Nate. Lihat dan dengar apa yang iya katakan.” Kata Ed. Sambil menunjukan benda yang mirip head sheets. Tak lama terdengar suara.
“Bagaimana denganku? Apa kau suka aku?” Tanya cewek itu.
“Ya…” Kata Nate. Aku hampir saja mengeluarkan air mata lagi. “ Tapi, aku lebih menyukai Kate. Tetangga sebelahku yang dari dulu bersama dan menyukai ku. Sedangkan kau? Aku baru kenal kau dari setahun ini.” Terang saja aku kaget dengan pernyataan Nate. Aku memang tidak menyangka bahwa ini akan terjadi.
“Oh… kalau begitu berbahagialah…” katanya sambil beranjak dan pergi meninggalkan Nate dengan senyum kecil. Dan, Nate segera memanggil Edward dan Aku. Segera saja aku dan Edward pergi ke tempat Nate berada. Aku hanya bisa menatap Nate. Aku merasakan mataku mulai berair.
“Apa itu benar Nate?” tanyaku.
“Tentu. Aku sadar, siapa sebenarnya tetangga cewek yang tinggal di sebelah rumahku. Dialah yang hadir di mimpi-mimpiku. Aku sadar siapa yang berusaha mencari perhatianku dan membuatku tertawa saat aku mulai kelelahan karena habis di kejar-kejar fans cewekku yang mulai minta di beri tanda tanganku…”
“Hahahahahahahahaha… Nate… kau jago melucu.” Kataku sambil mengusap air mataku yang mengalir tanpa aku sadari sedari tadi. Dan juga karena lelucon yang Nate buat. Edward hanya menggelengakan kepala dan tersenyum puas.
“Loh… ini benar loh….” Kata Nate sambil memasang tampang serius.
Dan sejak saat itu, aku dan Nate terus bersama. Happy Ending? Ini semua belum berakhir…..
XOXO
Katherine Hannah Jones
(4th November 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar